RAGAM, HALUAN ACEH– Berdasarkan Long Form Sensus Penduduk 2020 yang dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) tercatat suku Batak yang paling banyak bergelar Sarjana.
Tentunya, persentase sarjana dari suku Batak ini mencapai 18,02 persen.
Padahal, bila mengacu pada Sensus penduduk pada Tahun 2010, suku Batak di urutan ketiga setelah suku Jawa dan Sunda.
Suku Batak yang paling banyak mendiami pulau Sumatera ini, ternyata sangat memperhatikan dunia pendidikan.
Di bawah ini merupakan persentase penduduk berumur 25 tahun ke atas menurut jenis kelamin dan pendidikan tertinggi yang ditamatkan berdasarkan kelompok suku.
Berikut adalah daftar suku dengan lulusan sarjana terbanyak:
Batak: 18,02 persen
Minangkabau: 18 persen
Bali: 14,54 persen
Bugis: 14,54 persen
Betawi: 14,38 persen
Melayu: 12,67 persen
Banjar: 11,24 persen
Jawa: 9,58 persen
Sunda: 7,59 persen
Madura: 4,15 persen
Sejarah Suku Batak
Asal-usul Suku Batak umumnya diketahui dari nenek moyang dari Asia Selatan yang bermukim di pulau Sumatera. Suku Batak juga diketahui merupakan penutur bahasa Austronesia.
Mengutip dari buku suku-suku bangsa di Sumatera karya Giyanto, nenek moyang dari Suku Batak merupakan kelompok Proto Melayu atau yang biasa disebut juga sebagai Melayu Tua.
Pada mulanya kelompok Proto Melayu berasal dari Asia Selatan. Kemudian, mereka bermigrasi ke Indonesia melalui Pulau Sumatera lewat Semenanjung Malaya. Setelah sampai di Pulau Sumatera, kelompok tersebut menetap di sekitar Danau Toba.
Kemudian, kelompok tersebut membuat permukiman di Sianjur mula-mula. Seiring berjalannya waktu, permukiman ini berkembang dan menyebar ke wilayah di sekitarnya.
Berbicara tentang asal-usul dan sejarah Suku Batak memang terkadang menimbulkan kerancuan karena terdapat banyak versi. Hal ini diduga karena minimnya catatan sejarah dan literatur yang ditemukan, sehingga asal-usul dari suku ini belum dapat dipastikan sepenuhnya.
Hasil penelitian The Waitt Family Foundation menunjukkan bahwa asal usul nenek moyang Batak itu berasal dari Afrika. Kurang lebih 50.000-60.000 tahun yang lalu, terjadi musim panas kering di Afrika.
Mereka pun pindah ke bagian Utara Afrika yang lebih sejuk dan lembap, kemudian meninggalkan Afrika untuk mencari wilayah yang sejuk dan hijau.
Selanjutnya, sekitar 10.000 tahun kemudian, mereka pergi ke arah timur ke pegunungan di Asia Tengah, seperti Hindu kush, Tianshan dan Himalaya yang terkenal dengan nama Tajikistan.
Mereka pun terpecah dalam tiga kelompok. Kelompok pertama ke Tiongkok, kelompok kedua berangkat ke India, dan kelompok ketiga ke Asia Tenggara.
Kelompok ketiga ini menetap di India belakang tepatnya di Kamboja, Myanmar, Thailand, Vietnam, dan Laos. Kelompok ketiga ini pun tidak lama menetap karena kediaman mereka diserbu suku Mongol.
Mereka pun melewati lautan menuju daerah Selatan yang lebih aman dan terbagi ke beberapa wilayah, di antaranya Myanmar, Filipina, Taiwan, dan Indonesia, tepatnya di Sulawesi dan Sumatera.
Dapat disimpulkan, berdasarkan penelitian the Waitt family foundation, diduga bahwa leluhur suku Karen di Myanmar memiliki DNA sama dengan leluhur suku Batak karena DNA kedua suku tersebut, setelah diteliti, menghasilkan DNA hapoglam 0 M175 yang sama dengan DNA suku Afrika yang pindah ke India belakang.
Sistem Marga pada Suku Batak
Suku Batak dibagi ke dalam 6 subsuku atau puak, yaitu Batak Toba, Karo, Mandailing, Pakpak, Simalungun, dan Angkola. Setiap Puak memiliki nama-nama marganya masing-masing.
Hal ini berkaitan dengan sistem kekerabatan. Adapun fungsinya adalah untuk memberi tanda adanya tali persaudaraan pada orang Batak yang bermarga dari puak yang sama.
Orang Batak juga menganut paham patrilineal yaitu paham garis keturunan bapak sehingga jika terdapat seorang anak dari Suku Batak yang lahir maka akan mengikut marga dari sang ayah.
Penting untuk diketahui, hingga saat ini terdapat hampir 500 marga Suku Batak. Sehingga setiap Puak memiliki banyak marga.
Bagi orang Batak, sangat penting untuk mengetahui asal-usul atau dari keturunan mana orang tersebut berasal.
Untuk mengetahui hal ini Suku Batak menggunakan Tarombo atau silsilah garis keturunan.
Dengan menggunakan Tarombo, maka akan diketahui dari garis keturunan mana seseorang berasal dan bagaimana posisinya pada marga tersebut serta dapat dirunutkan juga asal-usul keturunan orang tersebut hingga sampai pada si Raja Batak.
Bahasa Suku Batak
Pada dasarnya, suku Batak adalah penutur dari bahasa Austronesia. Perkembangan zaman menciptakan transformasi pada bahasa yang dituturkan masyarakat Batak.
Selain itu, ada enam logat dalam bahasa Batak yang terbagi sesuai dengan puak apa ia berasal. Keenam logat tersebut adalah sebagai berikut:
Logat Simalungun, digunakan oleh Suku Batak Simalungun.
Logat Pakpak, digunakan oleh Suku Pakpak.
Logat Toba, digunakan oleh Suku Batak Toba, Angkola, dan Mandailing.
Logat Karo, digunakan oleh Suku Batak Karo.
Selain bahasa, orang Batak juga terkenal akan kemampuan sastranya dan mengembangkan bentuk tulisannya sendiri, yang berhubungan dengan bahasa Jawa Kuno Sansekerta, sebelum kontak dengan dunia barat.
Keaksaraan kerajinan Batak merupakan warisan dari para datu, dukun, dan mistikus yang mengarang buku-buku ritual atau pustaha. Dalam beberapa acara tertentu, mereka adalah seniman spesialis yang membuat perlengkapan ritual dan pakaian kebesaran.
Sumber: IDN, GNFI.




